Category

ANIME (5) MOVIE (6) STORY (10)

Kamis, 11 Oktober 2012

SATU CERITA

10 Oktober 2012

Anggap saja hari ini adalah hari keberuntungan saya, karena pada saat pulang kantor saya satu angkot dengan seorang ibu yang lumayan cerewet, menjelang saya naik angkot sampai tujuannya si ibu selalu bicara jadi lumayan bisa menahan kantuk saya. Yang beliau bicarakan adalah topik tentang anak SMA karena kebetulan hampir semua penumpangnya waktu itu adalah anak SMA. Nah dari sekian banyak yang dibicarakannya ada beberapa hal yang saya ingat, saya membaginya dalam beberapa poin di bawah ini dan menuliskan pendapat saya tentang semua hal yang dibicarakan si Ibu :

1.          Si ibu : sambil ngelirik anak SMA yang lagi megang handphone di depannya “ngapain masih SMA udah pake HP mahal – mahal, belum juga bisa nyari duit kalo masih sekolah itu ya belajar emang siapa yang mau di hubungi, kalau penting pakai HP murah – murah aja dulu nanti kalau sudah bisa nyari duit sendiri baru beli HP mahal”.
Menurut pendapat saya  : “Setuju dan Tidak Setuju”, kalau orangtuanya mampu buat beli ya kenapa tidak, karena sekarang memang zamannya high technology jadi ya mau gak mau kita harus ngikutin kalau gak mau ketinggalan informasi, hanya saja kembali kepada diri kita masing – masing apakah kita mempunyai tameng yang kuat yang akan menjadi penghalang masuknya informasi – informasi negatif yang akan merusak moral para generasi penerus bangsa ini (bahasa saya kayaknya agak ketinggian nih, kalo yang rada lemot buka kamus gih..he..he..!!).
Nah itu semua sudah tentu menjadi tugas kita bersama untuk menjadi pendidik seperti misalnya  orangtua di rumah, guru di sekolah dan masyarakat di lingkungan sekitar. Hanya saja dari yang saya lihat sekarang ini para orangtua tidak mau anak – anaknya terlihat tidak gaul di sekolah karena tidak punya smartphone jadi mereka matian – matian buat beliin anaknya HP pintar ini, tapi sayangnya mereka sendiri tidak bisa mempergunakannya, alhasil banyak terdapat video yang mirip artis ataupun yang gak mirip sama sekali yang tersimpan dalam HP pintar para murid tersebut.

2.          Si ibu : “sekarang ini anak – anak sekolah banyak mainnya, yang berbobot hanya dari sekolah unggul saja sedangkan yang sekolah lain hanya menerima anak – anak murid yang tidak lulus sekolah unggul jadi mutunya kurang. Contohnya anak saya masuk sekolah unggul dari SMA akhirnya dapat kuliah di Universitas Negeri dan dapat jurusan Hukum kemudian dalam kuliah dia ikut tes IPDN dan lulus, sekarang dia sudah bisa mandiri.

Menurut pendapat Saya : (langsung mikir) kalau semua anak – anak ini pintar semua trus masuk sekolah yang di cap sebagai sekolah unggul dan semuanya dinyatakan lulus  trus gimana belajarnya ya?? muat gak sih..he..he..
kalau menurut pendapat saya ada benar dan tidak benarnya juga kalau menurut saya benar ya memang kalau di lihat sekarang sekolah unggul memang lebih berbobot dari segi kualitas misalnya sarana dan prasarana penunjang belajar – mengajar , tenaga pengajarnya dan murid – murid yang masuk pun memang murid – murid pilihan yang membuat persaingan di sekolah benar – benar ketat sehingga semua murid terpacu untuk menjadi yang terbaik di antara yang terbaik, jadi memang pantas kalau sekolah unggul memiliki lulusan – lulusan terbaik dan pada akhirnya banyak muridnya yang mendapatkan universitas terbaik juga.

Kalau Tidak benarnya saya menilainya dari segi individu si murid, tidak bisa mendapatkan sekolah unggul belum tentu tidak pintar karena selalu mendapatkan nilai bagus di sekolah belum tentu bisa dikatakan dia genius dan selau mendapatkan nilai jelek belum bisa dikatakan bodoh bisa jadi karena faktor malas, pergaulan, masalah di lingkungan keluarga maupun sekolah, masalah kesehatan dan sebagainya, hanya saja jika dia bisa sedikit berusaha bisa jadi dia lebih pintar dari murid – murid di sekolah unggul itulah sebabnya ini menjadi tugas para orangtua, guru dan masyarakat sekitar untuk memberi dukungan bukan menghakimi, so don’t judge a book by it’s cover.

3.          Si Ibu : “Anak – anak sekolah ini sombong – sombong lagaknya kayak gak mau naik waktu angkot berhenti tapi ujung – ujungnya naik juga, kan kasihan penumpang lain yang mau buru – buru”.

Menurut pendapat Saya : benar nih si ibu kalau emang gak mau naik ya geleng aja jangan hanya diam kayak monumen, namanya juga supir angkot kan nyari duit jadi pas liat orang berdiri di pinggir jalan ya berhenti aja syukur – syukur mau naik kan lumayan nambah setoran.

Karena bicara masalah angkot saya jadi ingat ada pepatah yang kira – kira mengatakan seperti ini : “Cinta itu ibarat sebuah angkot yang rela menunggu penumpang di ujung gang yang belum tentu mau naik”, kayaknya yang bikin kata – kata ini mantan supir angkot juga nih he..he..

4.          Si Ibu :”kalau kita masih sekolah ya belajar gak usah cari teman dan selalu pergi main, kebanyakan teman itu gak bisa di percaya, teman dalam hidup hanya satu yaitu Allah SWT”.

Menurut pendapat Saya : sudah pasti tidak setuju karena “HABLUMMINALLAH WA HABLUMMINANNAAS”, kita harus berhubungan dengan Allah secara vertikal dan berhubungan dengan manusia secara horizontal, hanya saja kita bebas memilih untuk bergaul dengan orang yang kita suka, dan saya sarankan sebaiknya pilih orang yang baik karena menurut Ustadz Zainuddin MZ orang yang bermain di pinggir kali ditakutkan nantinya akan tercebur kedalamnya, maksudnya pak Ustadz ini adalah orang yang berteman dengan pencuri ditakutkan nantinya juga akan jadi pencuri tapi sama sekali tidak masalah kalau orang yang berteman dengan kiyai nantinya juga akan menjadi kiyai kalau gak jadi kiyai paling gak jadi santrinya atau paling kurang benar jadi orang yang jualan martabak depan pesantren he..he..

Dari semua pembicaraan ibu itu selama saya naik angkot sepertinya banyak yang saya tidak setuju ya, tapi harus saya garis bawahi bahwa maksud Ibu ini baik hanya saja penyampaiannya yang kurang benar karena langsung disampaikan di depan para murid secara blak – blakan seperti menghakimi, keinginan para orangtua sama yaitu mereka selalu mengharapkan yang terbaik buat anak – anak mereka, hanya saja mereka punya cara mereka masing – masing untuk menyampaikannya, terkadang sebagai anak hati kita bisa mendengarkannya tapi lebih sering jiwa muda yang memberontak yang lebih mendominasi.
Jadi jika kamu memang menyayangi orantuamu mulailah dengan mendengarkan kata – kata mereka.