10 Oktober 2012
Anggap saja hari ini adalah hari
keberuntungan saya, karena pada saat pulang kantor saya satu angkot dengan
seorang ibu yang lumayan cerewet, menjelang saya naik angkot sampai tujuannya
si ibu selalu bicara jadi lumayan bisa menahan kantuk saya. Yang beliau
bicarakan adalah topik tentang anak SMA karena kebetulan hampir semua
penumpangnya waktu itu adalah anak SMA. Nah dari sekian banyak yang
dibicarakannya ada beberapa hal yang saya ingat, saya membaginya dalam beberapa
poin di bawah ini dan menuliskan pendapat saya tentang semua hal yang
dibicarakan si Ibu :
1.
Si ibu : sambil ngelirik anak SMA yang lagi
megang handphone di depannya “ngapain masih SMA udah pake HP mahal – mahal,
belum juga bisa nyari duit kalo masih sekolah itu ya belajar emang siapa yang
mau di hubungi, kalau penting pakai HP murah – murah aja dulu nanti kalau sudah
bisa nyari duit sendiri baru beli HP mahal”.
Menurut
pendapat saya : “Setuju dan Tidak
Setuju”, kalau orangtuanya mampu buat beli ya kenapa tidak, karena sekarang
memang zamannya high technology jadi ya mau gak mau kita harus ngikutin kalau
gak mau ketinggalan informasi, hanya saja kembali kepada diri kita masing –
masing apakah kita mempunyai tameng yang kuat yang akan menjadi penghalang
masuknya informasi – informasi negatif yang akan merusak moral para generasi
penerus bangsa ini (bahasa saya kayaknya agak ketinggian nih, kalo yang rada
lemot buka kamus gih..he..he..!!).
Nah
itu semua sudah tentu menjadi tugas kita bersama untuk menjadi pendidik seperti
misalnya orangtua di rumah, guru di
sekolah dan masyarakat di lingkungan sekitar. Hanya saja dari yang saya lihat
sekarang ini para orangtua tidak mau anak – anaknya terlihat tidak gaul di
sekolah karena tidak punya smartphone jadi mereka matian – matian buat beliin
anaknya HP pintar ini, tapi sayangnya mereka sendiri tidak bisa
mempergunakannya, alhasil banyak terdapat video yang mirip artis ataupun yang
gak mirip sama sekali yang tersimpan dalam HP pintar para murid tersebut.
2.
Si ibu : “sekarang ini anak – anak sekolah
banyak mainnya, yang berbobot hanya dari sekolah unggul saja sedangkan yang
sekolah lain hanya menerima anak – anak murid yang tidak lulus sekolah unggul
jadi mutunya kurang. Contohnya anak saya masuk sekolah unggul dari SMA akhirnya
dapat kuliah di Universitas Negeri dan dapat jurusan Hukum kemudian dalam
kuliah dia ikut tes IPDN dan lulus, sekarang dia sudah bisa mandiri.
Menurut pendapat Saya : (langsung
mikir) kalau semua anak – anak ini pintar semua trus masuk sekolah yang di cap
sebagai sekolah unggul dan semuanya dinyatakan lulus trus gimana belajarnya ya?? muat gak
sih..he..he..
kalau menurut pendapat saya ada benar
dan tidak benarnya juga kalau menurut saya benar ya memang kalau di lihat
sekarang sekolah unggul memang lebih berbobot dari segi kualitas misalnya
sarana dan prasarana penunjang belajar – mengajar , tenaga pengajarnya dan
murid – murid yang masuk pun memang murid – murid pilihan yang membuat
persaingan di sekolah benar – benar ketat sehingga semua murid terpacu untuk
menjadi yang terbaik di antara yang terbaik, jadi memang pantas kalau sekolah
unggul memiliki lulusan – lulusan terbaik dan pada akhirnya banyak muridnya
yang mendapatkan universitas terbaik juga.
Kalau Tidak benarnya saya menilainya
dari segi individu si murid, tidak bisa mendapatkan sekolah unggul belum tentu
tidak pintar karena selalu mendapatkan nilai bagus di sekolah belum tentu bisa
dikatakan dia genius dan selau mendapatkan nilai jelek belum bisa dikatakan
bodoh bisa jadi karena faktor malas, pergaulan, masalah di lingkungan keluarga
maupun sekolah, masalah kesehatan dan sebagainya, hanya saja jika dia bisa
sedikit berusaha bisa jadi dia lebih pintar dari murid – murid di sekolah
unggul itulah sebabnya ini menjadi tugas para orangtua, guru dan masyarakat
sekitar untuk memberi dukungan bukan menghakimi, so don’t judge a book by it’s cover.
3.
Si Ibu : “Anak – anak sekolah ini sombong –
sombong lagaknya kayak gak mau naik waktu angkot berhenti tapi ujung – ujungnya
naik juga, kan kasihan penumpang lain yang mau buru – buru”.
Menurut pendapat Saya : benar nih si ibu
kalau emang gak mau naik ya geleng aja jangan hanya diam kayak monumen, namanya
juga supir angkot kan nyari duit jadi pas liat orang berdiri di pinggir jalan
ya berhenti aja syukur – syukur mau naik kan lumayan nambah setoran.
Karena bicara masalah angkot saya
jadi ingat ada pepatah yang kira – kira mengatakan seperti ini : “Cinta itu
ibarat sebuah angkot yang rela menunggu penumpang di ujung gang yang belum
tentu mau naik”, kayaknya yang bikin kata – kata ini mantan supir angkot juga
nih he..he..
4.
Si Ibu :”kalau kita masih sekolah ya belajar gak
usah cari teman dan selalu pergi main, kebanyakan teman itu gak bisa di
percaya, teman dalam hidup hanya satu yaitu Allah SWT”.
Menurut pendapat Saya : sudah pasti
tidak setuju karena “HABLUMMINALLAH WA HABLUMMINANNAAS”,
kita harus berhubungan dengan Allah secara vertikal dan berhubungan dengan
manusia secara horizontal, hanya saja kita bebas memilih untuk bergaul dengan orang
yang kita suka, dan saya sarankan sebaiknya pilih orang yang baik karena
menurut Ustadz Zainuddin MZ orang yang bermain di pinggir kali ditakutkan
nantinya akan tercebur kedalamnya, maksudnya pak Ustadz ini adalah orang yang
berteman dengan pencuri ditakutkan nantinya juga akan jadi pencuri tapi sama
sekali tidak masalah kalau orang yang berteman dengan kiyai nantinya juga akan
menjadi kiyai kalau gak jadi kiyai paling gak jadi santrinya atau paling kurang
benar jadi orang yang jualan martabak depan pesantren he..he..
Dari semua pembicaraan ibu itu selama
saya naik angkot sepertinya banyak yang saya tidak setuju ya, tapi harus saya
garis bawahi bahwa maksud Ibu ini baik hanya saja penyampaiannya yang kurang
benar karena langsung disampaikan di depan para murid secara blak – blakan
seperti menghakimi, keinginan para orangtua sama yaitu mereka selalu
mengharapkan yang terbaik buat anak – anak mereka, hanya saja mereka punya cara
mereka masing – masing untuk menyampaikannya, terkadang sebagai anak hati kita
bisa mendengarkannya tapi lebih sering jiwa muda yang memberontak yang lebih
mendominasi.
Jadi jika kamu memang menyayangi orantuamu
mulailah dengan mendengarkan kata – kata mereka.