Sewaktu aku ke Gramedia, tidak
terpikir akan mendapatkan buku ini. Awalnya aku mencari buku yang judulnya
kalau tidak salah “Little Women”, dalam pencarian buku tersebut tanpa sengaja
aku menemukan buku ini “To Kill a Mockingbird”, dari dulu aku memang sudah lama
ingin membacanya. Harper Lee memang luar biasa, selesai membaca ternyata memang
sesuai dengan pengharapanku buku ini sangat menarik itulah yang menyebabkan aku
menulis hingga tengah malam.
“Kau tidak akan
pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut
pandangnya . . . hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup
dengan caranya”
__Harper Lee dalam To Kill a Mockingbird
Sungguh nasihat yang bijaksana
yang bisa diucapkan seorang Ayah kepada anak – anaknya.
Mr. Atticus Finch adalah seorang
pengacara yang tinggal di Maycomb, kota kecil di pelosok Alabama. Dia berusaha
membesarkan kedua anaknya seorang diri, Jem dan Scout dengan segala kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki seorang Ayah sekaligus sebagai Ibu bagi anak –
anaknya. Meskipun lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah dengan
pekerjaannya, namun Dia selalu ada untuk anak – anaknya, selalu ada untuk
mendengarkan keluhan seorang anak kecil, selalu sabar untuk menjawab pertanyaan
– pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang anak berumur 8 tahun dengan segala
kepolosan mereka, bersikap adil dan bijaksana dalam menghadapi mereka, dan bisa
bersikap tegas tatkala anak – anaknya melakukan kesalahan.
Atticus selalu mengajarkan pada
kedua anaknya untuk tidak boleh membenci orang lain sekalipun semua orang
menghujat mereka, kita tidak boleh menghakimi mereka. Sebagai salah seorang
pria terhormat dilingkungan tempat tinggalnya Maycomb, Atticus selalu disegani
dan dihormati orang lain baik orang kulit putih maupun orang kulit hitam __
Orang kulit hitam selalu dianggap lebih rendah derajatnya dari orang kulit
putih namun Atticus punya pemikiran sendiri (cerita ini dikisahkan pada abad ke
– 20, jadi pada saat itu bangsa kulit hitam belum mendapatkan kebebasannya).
kadang Atticus merasa bingung karena banyak yang beranggapan bahwa
caranya mendidik anak – anaknya salah, walaupun dia sendiri merasa tidak ada
yang salah dengan cara pendidikannya.
Pada saat dirinya diharuskan
membela Tom Robinson __orang kulit hitam__ di persidangan, Atticus harus
mempersiapkan diri dan keluarganya untuk menghadapi resiko terbesar yaitu
dikucilkan orang kulit putih, namun Atticus tetap maju atas nama keadilan dan
prinsip. Atticus pernah berkata pada Scout putrinya bahwa satu hal yang tidak
tunduk pada mayoritas adalah nurani seseorang.
Disini sebagai seorang ayah, aku
merasa Atticus sedikit aneh karena dia selalu bercerita tentang sejarah, berita
terkini, dan topik – topik yang cukup berat dengan anak – anak nya tanpa pernah
berfikir jika mereka terlalu muda untuk semua informasi itu, tapi yang lebih
anehnya lagi dia tidak pernah menceritakan tentang dirinya pada kedua anaknya.
Mereka baru tahu bahwa selain sebagai pengacara yang hebat, ayah mereka juga
sangat ahli dalam menembak. Mereka baru menyadarinya ketika dengan terpaksa
Atticus Finch harus menembak seekor anjing gila demi keselamatan warga Maycomb
dari jarak yang cukup jauh. Hal itu benar – benar membuat Jem menjadi semakin
bangga pada ayahnya.
Scout adalah anak perempuan
Atticus umurnya baru sekitar 8 tahun, buku ini dikisahkan dari sudut pandang
Scout, dia menceritakan semua kisah berdasarkan pemahamannya sebagai seorang
anak yang baru berumur 8 tahun sehingga banyak yang berkomentar kalau alurnya
terlalu lambat, tapi menurutku tidak ada yang berjalan terlalu lambat semuanya
berjalan sebagaimana mestinya.
Karena tidak memiliki Ibu dan
hanya dibesarkan oleh seorang Ayah serta memiliki saudara laki – laki yang
lebih tua 4 tahun darinya membuat Scout menjadi gadis yang tomboy dia sering
sulit mengendalikan emosinya apalagi jika dia di ejek oleh teman – temannya yang mengatakan
ayahnya pecinta Nigger (Negro)
sehingga membuatnya selalu dalam masalah, walaupun sebenarnya dia sama sekali
tidak tahu apa arti dari pecinta Nigger
itu.
Bahkan kadangkala kakaknya Jem
sering lupa kalau dia memiliki seorang adik perempuan, pernah dia berkata “…Sumpah,
Scout kadang – kadang tingkahmu mirip anak perempuan, bikin malu saja”.
Tingkahnya yang selalu tomboy dan berpakaian seperti layaknya anak laki – laki
pada umumnya membuat bibinya Alexandra Finch gerah. Ujung – ujungnya Alexandra
menyalahkan Atticus karena menurutnya bagaimanapun seorang anak pasti membutuhkan
figur seorang Ibu, namun Atticus selalu mengelak dia selalu beranggapan jika
Calpurnia __seorang wanita kulit hitam yang bekerja padanya sebagai juru masak,
sudah cukup baginya.
Namun Alexandra tidak pernah
setuju karena itu dia bertekat untuk menjadikan Scout sebagai wanita terhormat
seperti dirinya, tapi akan sangat sulit baginya karena Scout dengan terang –
terangan memperlihatkan ketidaksukaannya pada bibinya itu. Menurut Alexandra,
wanita terhormat adalah seseorang yang selalu bisa menjaga sikap, penampilan
dan perkataannya. Wanita harus mengenakan gaun serta korset (tidak jika kau
belum cukup umur), walaupun telah terjadi suatu musibah yang cukup besar
seorang wanita terhormat harus tetap bisa menegakkan kepalanya, menjaga sikap
seperti tidak terjadi apa – apa, serta bicara dengan wajar__bicara wajar dalam
pengetahuan Alexandra adalah bicara tentang sifat keturunan tetangga sekitar,
pekerjaan, nama keluarga, dan berusaha untuk membanggakan nama keluarga
sendiri. Selain itu wanita terhormat selalu minum teh di sore hari dengan
sesama wanita terhormat lainnya sambil sesekali membicarakan tetangga. Walaupun
jauh di lubuk hatinya dia sangat malu sekali dengan kakaknya Atticus yang
menjadi pecinta Nigger, itu mencoreng
nama keluarga.
Walaupun kadang nakal, namun
Scout adalah anak yang pintar, dia sudah mahir membaca buku cerita maupun surat
kabar dan dia juga mahir menulis huruf sambung, namun cara didikan disekolahnya
yang masih kuno membuat Scout depresi, gurunya berkata kalau dia tidak boleh membaca
lagi dengan Atticus biarkan dirinya yang
mengambil alih pembelajarannya, dan dia juga tidak boleh menulis huruf sambung “Anak
kelas satu tidak menulis huruf sambung, kita menulis huruf cetak. Kamu baru
belajar menulis bersambung di kelas tiga”, kata Miss Caroline suatu hari. Namun
Atticus tidak setuju, dia mengatakan pada Scout kalau mereka berdua boleh terus
membaca dan terus menulis bersama Calpurnia tanpa perlu diketahui oleh Miss
Caroline gurunya. Menurutku Miss Caroline benar – benar luar biasa, dia sangat
mematuhi kurikulum pembelajaran yang dimilikinya. Jika Pak Walikota mengadakan
pemilihan guru teladan pastilah Dia orangnya.
Seperti anak kecil lainnya Scout
selalu merasa senang pada musim libur tiba itu artinya dia bisa bermain
sepuasnya dengan Jem serta Dill sahabatnya, terkadang mereka merasa bosan tidak
tahu harus melakukan apa, namun Dill yang selalu punya ide yang menakjubkan
mengusulkan untuk mencari tahu apakah
Mr. Arthur Boo Radley masih hidup atau tidak dengan mengintip di salah satu
jendela samping rumahnya__Mr. Radley tidak pernah keluar rumah sepanjang
penglihatan Scout, itu membuat mereka selalu penasaran. Namun terkadang ide
konyol itu tidak pernah terlaksana dengan baik karena tentu saja Atticus tidak
akan membiarkan anak – anaknya mengganggu ketenangan tetangga mereka. Atticus
pernah berkata “apapun yang dilakukan Mr. Radley adalah urusannya. Kalau dia
ingin keluar, dia akan keluar. Kalau dia ingin tinggal di dalam rumahnya sendiri,
dia berhak tinggal di dalam tanpa diusik oleh anak – anak yang ingin tahu”.
Dan pada akhirnya beberapa tahun
kemudian untuk pertama kali dalam hidupnya ketika Scout menginjakkan kaki di
serambi Mr. Radley kalimat Atticus
ayahnya terbayang kembali “Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga
kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik
kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya” . walaupun hanya berdiri di
serambi Mr. Radley tapi itu cukup untuk membuat Scout mengerti perkataan
ayahnya.
Selain itu ada pemikiran yang
aneh dalam diri Scout dimana setiap pulang sekolah saat dia melewati rumah Mr.
Radley diam – diam dia merindukan untuk bisa melihat Mr. Radley sedang berada
di halaman rumahnya dan Scout akan menyapanya dengan sapaan “Selamat sore Mr.
Arthur” seakan – akan dia mengucapkannya setiap sore sepanjang hidupnya. Namun
saat dia mendapatkan kesempatan itu dia hanya mengatakan “Hai, Boo”.
Jem adalah saudara laki – laki Scout, dia 4 tahun lebih tua darinya. Walaupun
sudah berumur 11 tahun Jem masih terlalu dini untuk mengerti jalan pikiran
ayahnya, tapi dia selalu berusaha untuk mencoba mengerti. Seperti misalnya
ayahnya dengan tegas memerintahkannya untuk menerima hukuman dari seorang
wanita tua yang tinggal di seberang jalan rumahnya, padahal wanita tersebut
telah berani menghina ayahnya dan ibunya yang telah meninggal, walaupun
sebenarnya hukuman itu diberikan padanya setelah dia berhasil mendekor ulang
taman wanita tersebut. Alhasil Jem harus membaca untuk wanita tersebut selama
sebulan penuh. Selain itu, Jem tidak bisa memahami kenapa ayahnya hanya diam
saja dan tidak membalas ketika ada seseorang yang meludahi wajahnya. Jem juga
tidak habis pikir kenapa orang – orang lebih mementingkan warna kulit daripada
kebenaran.
Seiring dengan berjalannya waktu Jem
sudah menjadi sedikit lebih dewasa walaupun hanya bertambah umur 2 tahun hal
ini membuat Scout kesal, bukan karena dia menjadi lebih tinggi beberapa inchi
atau karena Calpurnia telah mulai memanggilnya Mister Jem, tapi karena Jem
mulai berubah dia mulai tidak senang bermain dengan Scout, dia lebih sering
menyendiri dan mulai memperhitungkan segala sesuatu sebelum bertindak, tidak
seperti dulu yang mengambil keputusan tanpa terlalu memikirkan, Scout mulai
berfikir jika Jem sudah seperti anak perempuan. Disini aku merasa lucu sekali
karena sepertinya mereka berdua mengalami krisis gender, Jem selalu berfikir
memiliki seorang adik laki - laki sedangkan Scout berfikir kalau kakaknya telah
menjadi seorang perempuan.
Dengan jarangnya Jem bermain
dengan Scout membuat dirinya semakin kesepian karena hanya Jem lah yang
dimilikinya, namun pada saat dia berfikir bahwa itu adalah hari terakhirnya
bersama Jem barulah dia menyadari jika perubahan Jem bukan menjadi seorang
perempuan tapi malah seperti lelaki sejati. Dalam setiap tindakannya selalu
dipikirkan tentang keselamatan adiknya Scout dan tentu saja ayahnya Atticus.
Jem selalu ada sebagai penyelamat untuk mereka berdua. Jem selalu terinspirasi
oleh ayahnya, dia ingin menjadi seorang pengacara. Untuk itulah dia sering
belajar dan bertanya pada ayahnya, walaupun masih anak – anak tapi tanpa terasa
dia sudah seperti Atticus. Disini aku merasa iri sekali karena Scout tanpa
disadarinya telah mendapat kasih sayang dan perlindungan dari dua orang
Atticus.
Mengenai judul buku tersebut To Kill a Mockingbird bisa diartikan
sedikit seperti ini :
Mockingbird adalah sejenis murai
bersuara merdu, dia adalah seekor burung
yang selalu bernyanyi, tidak memakan tanaman di kebun dan tidak bersarang di
gudang jagung. Menurut ayah Scout membunuh Mockingbird adalah dosa itulah
pertamakali dalam hidupnya Scout mendengar ayahnya berkata tentang sesuatu yang
menyebabkan dosa. Dalam kasus pembelaan yang dilakukan Atticus pada seorang
kulit hitam dengan susah payah namun tetap saja berjalan tidak sesuai harapan,
walaupun bukti menunjukkan dia tidak bersalah tapi tak kan ada orang yang mau
membelanya karena dia kulit hitam. Pada akhirnya Tom Robinson ditembak mati,
Scout menyebutnya Kill a Mockingbird.
Membunuh orang yang tak bersalah pada akhirnya akan membuatmu terus merasa
bersalah, walaupun tidak ada orang yang menghujatmu. Tapi dalam hati kau tidak
akan pernah merasa tenang, hingga pada akhirnya rasa bersalah itu akan membunuh
dirimu sendiri.
Harper Lee
Lahir pada tahun 1926 di
Monroeville, Alabama. Ia sempat belajar hukum di University of Alabama. Selama
beberapa tahun ia tinggal di New York, bekerja sebagai staf layanan reservasi
di sebuah maskapai penerbangan internasional. Selama itu pula ia juga menulis.
Harper Lee adalah salah satu
penulis yang paling membuat penasaran dalam sejarah kepenulisan pada abad ke –
20. Mendunia dengan novel To Kill a Mockingbird, dia cenderung menutup diri dan
tidak mau menulis novel lagi.